Aku

Han, Lelaki di semua masa dan peristiwa Erlita

Thank's

Terima Kasih atas kunjungannya, salam Kenal! :)
Home » » Budaya Konsumtif di tengah Industri Kapitalis

Budaya Konsumtif di tengah Industri Kapitalis

Tulisan ini, tulisan sederhana, tulisan tak tersusun rapi seperti karya tulis ilmiah, tulisan ini sekedar tulisan dari penulis. terimakasih telah membaca tulisan di awah ini. Terimakasih Apresiasinya.

Kapitalisme banyak menawarkan berbagai kemudahan dengan dalih memeprmudah masyarakat untuk memenuhi hidupnya, kelompok kapitalislah yang kemudian banyak memproduksi barang-barang kebutuhan tersebut. Semua barang produksi sebagian kapitalis selalu menwarkan berbagai kemudahan, serta memanjakan individu, dan dicetak ulang dengan gaya yang serba instan. Semua kebutuhan dikonsumsi individu guna meraih kebahagiaan, meraih kemampuan.
Orang kaya dapat memenuhi kebutuhannya dengan lebih cepat dari pada orang miskin, misalnya dalam masalh pembayaran, yang mana orang kaya menggunakan ATM, kartu kredit dll untuk memudahkan memenuhi kebutuhan hidup, sedang orang miskin tidak. Pun keduanya bisa dibedakan melalui contoh lain yaitu transportasi, sekarang transportasi sudah dibedakan secara langsung, maksudnya bukan masyrakat yang membedakan sendiri, kereta misalnya, kata eksekutif, dinikmati oleh mereka yang punya. Masih b anyak lagi ruang pembagian dalam keduanya, tapi dalam hal ini tidak menafikan kalau orang miskin bisa merasakan hal tersebut.
Budaya Konsumtif ternyata tidak menyeragamkan badan sosial dan keuntungan budaya. Konsumsi dapat menciptakan sebuah perbedaan dalam klasifikasi yang bisa jadi menciptakan sebuah kesenjangan. Belanja yang diatur oleh kemampuan belanja, tempat berbelanja, dan pengetahuan tentang merk yang akan dibeli juga menjadi hal yang membedakan.
Yang awalnya, kebutuhan adalah hasil dari produksi, sekarang berubah menjadi kebutuhan merupakan produksi dari sistem produksi (Baudrillard). Artinya, budaya konsumtif di tengah Industri Kapitalis menyatakan bahwa objek kebutuhan masyarakat buka merupakan satu kesatuan yang memang merupakan kebutuhan. Namun objek tersebut tergantung seberapa besar kekutan konsumsi. Intinya, kebutuhan masyarakat bukan masyarakat yang menciptakan, para pemilik modal lah yang memaksa masyarakat untuk mengkonsumsi objek yang sebenarnya bukan kebutuhan penting dalam hidup.
Teknologi contohnya, yang tak henti-hentinya menawarkan hal yang lebih dan lebih yang sebenarnya tidak harus dikonsumsi, kembali lagi terhadap kekuatan konsumsi di tengah budaya konsumtif ini, tidak sulit menarik masyarakat mengkonsumsi objek tersebut.
Oleh karena itu, kunci utama dalam sistem sekarang adalah mengontrol mekanisme produksi sekaligus permintaan konsumen sebagai bagian dari sosialisasi terencana melalui simbol-simbol. Banyak orang sekarang lebih memilih membeli simbol atau merek dari pada manfaat. Merek secara otomatis menunjukkan sebuah status individu.
Orang lebih memilih membeli barang di supermarket dari pada membeli di pasar tradisional atan toko-toko. Akan lebih memilih nongkrong di cafe dari pada di warung kopi biasa, lebih memilih KFC dari pada warung nasi biasal warung tegalwarung nasi padang.
Konsumsi sekarang sudah tidak dimaknai sebagai proses pemenuhan kebutuhan pokok, namun dialihfungsikan sebagai mengeksprsikan posisi dan identitas kultural seorang di dalam masyarakat.
Budaya konsumtif dalam masyarakat lebih memilih membeli tanda dari pada untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal ini tetap dipengaruhi oleh para kapitalis, yang mana menghadirkan sebuah produk yang sebenarnya bukan kebutuhan pokok. Setiap perilaku masyarakat sudah jauh dari identitas ketika kebutuhan dikendalikan oleh kapitalis.
Jadi, bila kita membeli makanan di KFC sekan kita membeli sebuah tanda, sebuah profil baru bagi kita. sudah ada sejak lama dalam pemahaman kita kalau orang-orang yang masuk di KFC bukan orang biasa seperti orang kampung, atau pekerja sederhana.

0 komentar:

Posting Komentar

Like us on Facebook
Follow Me on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS