Aku

Han, Lelaki di semua masa dan peristiwa Erlita

Thank's

Terima Kasih atas kunjungannya, salam Kenal! :)
Home » , » Menunggu -01

Menunggu -01

“Tenang kita akan bertemu dua bulan lagi.”
Ganggang telepon diletakkan seperti semula, Kamto kembali ke ruangan yang kapan-kapan dipukul, kapan-kapan ditendang, bisa juga disayat kulitnya. Kamto tidak seperti teman-teman lainnya yang sebenarnya di waktu yang sama, tempat yang sama diciduk oleh yang petugas. Tapi karena ada alasan yang cukup kuat menurut yang berwajib Kamto dipisahkan dari para napi yang lain. Kamto di sekap!
Kamti, kekasih kamto yang sudah tiga tahun menunggu kepulangan Kamto, harap-harap cemas. Berharap kekasihnya pulang dengan selamat, bukan seperti tetangganya yang ada di ruang sekap lima tahun yang dulu, pulang dengan tangan patah, kaki pincang, wajah sudah tidak berupa wajah, entahlah apa masih layak disebut manusia!
            Sudah tiga tahun Kamto mendapatkan rezeki yang menyakitkan itu. Sayatan saling menyilang; belum sembuh sayatan yang miring ke kanan mengenai hidung, ditambah sayatan miring ke kiri, berbentuk silang. Darah jadi minuman kali ini, maklum seharian Kamto tidak bisa makan, kalau para napi yang disana lapar-lapar jadi tidak ada sisa.
“Sudah nelponnya?” tanya orang yang berbadan tegap dengan pentungan dan pistol yang menggantung di pingangnya.
“Sudah...”
“Bicara apa kamu?”
Teriakan-teriakan yang mengencangkan telinga banyak orang tetap menggema meskipun tidak ada tanggapan. Toa kecil menjadi korban, suaranya semakin tidak jelas, ada yang diwakilkan untuk membeli Toa yang baru, yang lama masih digunakan meski berbunyi nging. Tiga Toa berada di tangan tiga orang, terikan semakin menjadi Provokator –untuk menghindari kata memanas-manaskan. Tapi tetap saja keadaan masih tertib, tidak ada yang maju selangkah pun.
Kamto bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin Kamto menjawab kalau dia akan keluar dua bulan lagi, bisa-bisa pulang sia-sia, tidak disayang lagi oleh kekasihnya, yang ada malah merasa jijik. Toh siapa sih yang mau sama orang yang wajanya corat coret dengan silat dikias dengan darah, diblur dengan lebam dimana-mana memar manambah indah nan perih, saking dari indahnya!
“Bilang kangen saja, tidak banyak ucap, sakit mulutku.”
“Oh sakit. Baik...”
Orang tegap itu keluar dari kamar sekap. “Kalau mulutmu sakit, tidak usah makan!”
Para pemegang Toa suaranya sebentar lagi hilang, sudah lima jam teriak-teriak tidak ada tanggapan dari orang yang punya ‘rumah’.  tenggorokan kering bak paceklik derasnya peluh akibat memanasnya hati melupakan gersangnya tenggorokan. Kamto minum air yang ada digelas sejenak, lalu berteriak lagi menyuruh orang yang punya rumah keluar, ada keperluan penting sebabnya. Dua orang lainnya yang memgang Toa duduk-duduk namun suaranya tak pernah tunduk, tetap tegar menunggu keluar.

Kamto memeluk lutunya sendiri di pojokan.*Bersambung...

Klik disini. Menunggu-02

2 komentar:

Like us on Facebook
Follow Me on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS